Apa yang mencolok itu?
Sang nyonya perempuan berdandan dapur seadanya. Suaminya suka memakai celana pendek dengan kaus yang kadang krahnya melenceng.
Terlihat barang-barang di tokonya makin memudar. Dipudari hawa pengap begitu lama, mungkin juga tidak dibersihkan dari debu hari-hari yang terus bergentayangan.
Apa yang mencolok itu? Ialah lampu yang terpasang sebagai penerangan di kedua toko itu. Lampu neon bookstore sebelah kiri begitu dominan dan memperhatikan tata letak pantulan cahaya yang diciptakan.
Didalam toko terlihat 6 lampu neon 80 terpasang bening dengan pantulan yang maksimal menimpa barang-barang di toko. Sedangkan toko sebelah hanya memasang 4 buah lampu neon 40 watt di dalai tokonya.
Ada 2 bookstore yang bersebelahan. Toko sebelah kiri terlihat selalu ramai dikunjungi. Makin hari koleksi barang makin menumpuk. Tidak muat di dalam mulai merambat ke luar rolling door.
Juga ada sebuah bookstore di tempat yang agak berjauhan. Karena pemain yang sudah ekspansi bidang lain. Toko bookstore yang merupakan basic tetap eksis. Dari sinilah bookstore sebelah kiri dalam cerita ini dulunya bekerja dan sekarang menjadi raja.
Disebelah kanan jalan utama. Bookstore yang pertama eksis terlihat makin meredup apalagi jika malam hari. Sang pemilik terlihat selalu asik menonton televisi disudut kanan-depan meja transaksinya. Bila pelanggan tiba ‘Apa?’’ Sapanya tanpa bergerak dari tempat duduknya.
Sang nyonya perempuan berdandan dapur seadanya. Suaminya suka memakai celana pendek dengan kaus yang kadang krahnya melenceng.
Terlihat barang-barang di tokonya makin memudar. Dipudari hawa pengap begitu lama, mungkin juga tidak dibersihkan dari debu hari-hari yang terus bergentayangan.
Berbeda dari bookstore sebelah kiri. Yang suami istri terlihat ramah senyum dikulum pada setiap pelanggan yang datang dan selalu berpakaian rapi dan menarik dipandang.
Karyawannya ada 2 orang yang juga diajarkan ramah senyum dan tutur bahasa yang pantas.
Bila pembeli datang, yang harus dia panggil bapak, tanpa sungkan ia panggil bapak. Begitu juga dengan anak-anak yang berbelanja. Ia panggil dengan sebutan adek yang lembut.’’Adek cari apa?’’ sapanya dengan sayang. Ia hindari bilang kamu ke anak-anak itu.
Bila ada undangan dari pelanggannya selalu ia datangi bersama anak-anaknya. Ia berusaha menciptakan rasa kekeluargaan yang selama ini dibina melalui transaksi rutin pelanggannya yang kebanyakan anak sekolah dan para pendidik.
Bahkan bila belum ada duit cash ia bersedia menghutangkan sekolah dan para pendidik yang memerlukan barang habis pakai keperluan sekolah.
Seandainya barang yang diperlukan sekolah tidak dapat ia penuhi, tak segan ia carikan sendiri ke toko lain dan masuk ke kredit nota yang sama. Konsekuensi dari hutang maka ia ambil keuntungan 35% dari modal.
Sanggupkah bookstore sebelah bertahan? Tentu saja bisa, asal ia mau belajar dari tetangganya itu. Tapi keyakinan pembeli sudah mulai ia runtuhkan. Seiring pelanggan yang terus berkurang, jelas juga menjadi kurangnya perputaran uang dan jenis barang di tokonya.
Yang paling terlihat dari kedua bookstore adalah ketika malam hari. Inilah yang menjadi hal utama yang penulis bahas dalam tulisan ini.
Apa yang mencolok itu? Ialah lampu yang terpasang sebagai penerangan di kedua toko itu. Lampu neon bookstore sebelah kiri begitu dominan dan memperhatikan tata letak pantulan cahaya yang diciptakan.
Didalam toko terlihat 6 lampu neon 80 terpasang bening dengan pantulan yang maksimal menimpa barang-barang di toko. Sedangkan toko sebelah hanya memasang 4 buah lampu neon 40 watt di dalai tokonya.
Adakah pengaruh lampu dalam memberihkan cahaya menarik pada ruangan toko? Jelas ada, inilah yang disebut ilmu luminasi dalam membentuk karakter ruangan dengan pencahayaan yang baik.
Mari kita renung saat melihat pencahayaan panggung hiburan dalam setiap acara di televisi. Betapa pencahayaan menjadi barometer pertama meriahnya aksi sebuah panggung pertunjukan.
Pencahayaan inilah yang tidak boleh di underestimate terutama bila usaha kita dibuka sampai malam hari.
Sayangnya, kita masih jarang mendengar ahli/jasa luminasi di kota ini. Karena memang ilmu ini masih tergolong baru, maka sesuai keampuan kitalah. wassalam
Belakang padang, 13 March 2009
Oleh Agus Hendri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar for this post