Menempa Jiwa Dagang (Entreprenuer)

By Golfing Enthusiast on 21.46

Filed Under:


Agar perjalanan itu bisa sampai, dan mental bisnisnya terbuai, tidaklah dengan waktu sebentar atau berjalan sendiri. Perlu...

Tidak bisa juga? Saya tidak percaya. Coba sebelumnya ingat-ingat apa yang telah pernah anda pelajari. Apakah belajar gitar misalnya atau yang lain. Anda bisa padahal sebelumnya juga tidak yakin bisa. Tetapi akhirnya bisa jugakan! Demikian juga dengan berdagang nantinya, asal anda memulai, dan keberhasilan itu akan di depan mata anda.



Lalu-berlalu, kita selalu mendengar ajakan menjadi entreprenuership (pedagang/berbisnis). Ajakan baik itu selalu kita dengar dari motivator entreprenuer, pejabat negara, atau dari pengusaha yang telah sukses melalui impian yang mendaki-daki. Mungkin juga itu melalui buku, seminar, bertemu langsung atau membaca artikel koran.

Tak jarang pula kita diajak dengan pelatihan langsung. Langsung memiliki usaha seperti usaha franchise atau MLM. Hal yang mungkin berbeda/sama yang pernah diperbuat orang yang telah sukses terlebih dahulu. Mereka memulai dari jalan setapak, kaki lima atau dari nol.

Ada juga yang tau dari ajakan/dorongan orang-orang tua bijak, yang tanpa diminta kadang begitu rela menasehati kawula mudah untuk berdagang.

Dengan dorongan semangat yang didengar adakah kita termotivasi? Tentu ada. Tak jarang sebagian pun mencobanya. Berhasilkah? Bisa ya, juga tidak. Ternyata dari mencoba itu baru kita tahu bahwa berjiwa dagang (entreprenuer) itu tidak mudah.

Dari kegagalan maupun kuseksesan yang dijalani baru kita sadar, ternyata ilmu dagang itu, untuk mendapatkannya setara dengan 4 tahun sarjana otodidak. Pada akhirnya, barulah mental dagang mengalir deras dalam keinginan untuk melanjutkan secara yakin.

Lalu ada pertanyaan. Perlukah kita sekolah tinggi untuk pandai berdagang? Ya, itu sangat perlu. Tapi bukan sekolah tinggi itu yang akan menempa kita memiliki jiwa berdagang. Namun sekolah tinggi memberi kita peluang bentuk bisnis yang berbeda dan bisa menjadi besar (konglomerat, misalnya).

Lalu apa? Yang menempa kita adalah teladan dagang itu dari orang tua, saudara, majikan, teman, siapa saja atau pekerjaan yang pernah kita jalani berhubungan dengan dagang.

Dengan perjalanan yang dijalani selama itu bersama senasib di atas (bergaul dengan pelaku bisnis) akan terus menempa jiwa dagang (bisnis), mampu menangkap peluang lain. Atau barangkali latah meniru usaha yang telah ada asal dengan mempelajari kelemahan sebelumnya dan mencoba cara lain yang beda. Tapi jangan sesekali melawan guru (teman atau majikan sebelumnya).

Maka tak heran, dulunya bekerja pada tukang bakso. Sekarang jadi penjual bakso pula. Dulu ia tukang angkat pasir, eh.. sekarang mala jadi pengusaha pasir. Bapaknya punya tokoh kelontong, eh..anaknya demikian juga di tempat lain.

Bagaimana mereka bisa demikian? Itu karena terasah dari pengalaman yang telah dijalani sebelumnya. Perjalanan itu yang memberi mereka semangat, keyakinan, dan peluang.

Agar perjalanan itu bisa sampai, dan mental bisnisnya terbuai, tidaklah dengan waktu sebentar atau berjalan sendiri. Perlu perjalanan minimal 2 tahun kata orang tua-tua kita. Hal ini yang jarang seseorang jalani jika bekerja dengan orang lain.

Jika bekerja dengan orang lain suka mengeluh, cepat bosan, merasa pekerjaan itu berat. Padahal berat-berat kedepannya akan semakin berat jika tidak memulai berat dari sekarang.

Seseorang sering tidak sabar dan merasa cepat jenuh, takabur menjalani hari-hari sulit bersama bos-nya. Itu sebelum ilmu dan peluang itu menghampirinya, turun kepadanya. Iapun berhenti dalam pengabdian yang tidak ikhlas pada majikannya.

Pengabdian yang iklas pada majikan kita sebelumnya memberi kita peluang keberhasilan yang sangat besar. Pertama dari doanya, kedua dari kekasarannya pada karyawan, ketiga majikan itu yang memberi peluang tanpa diduga, keempat hal-hal lain yang sangat luar biasa dalam perjalanan tanpa diduga.

Kok kekasaran bisa? Kekasaran bos adakalanya itu jadi lecutan. Adakalanya berbalik dari ucapan kasar itu menjadi keluarbiasaan. Inilah fenomena lain yang patut disabari jika mengalami kekasaran.

Hal yang sangat luar biasa ini pernah dialami seorang teman. Ia bekerja pada sebuah usaha service elektronik. Tanpa digaji pun ia dengan tekun bekerja sambil menuntut ilmu dengan sabar tak kenal lelah. 2 tahun ia jalani. Eit..sekarang bengkel itu milik dia. Peralatan, fasilitas yang ada diserahkan bos sekaligus gurunya itu kepadanya.

Ingin jadi pemain usaha dagang/bisnis. Ahh, rupanya kita perlu bekerja dulu. Bekerja inilah tanpa dinyana, tanpa terasa seseorang telah menuntut/mendalami keilmuan. Inilah yang dinamakan perjalanan proses yang progresif. Menjalani proses lebih memberi peluang seseorang akan sukses.

Lalu bagaimana mereka yang tidak pernah bekerja dengan orang lain tapi pandai dan sukses juga berdagang?

Hmm, ternyata mereka punya bakat terpendam yang tinggal diasah. Bakatnya mengajarkan sendiri tentang peluang yang ada padanya. Tapi bakat itupun tidak manjur sendiri. Perlu juga diasah. Dengan apa mengasahnya? Dengan membaca, membaca apa saja, dimana saja, kapan saja.

Apa yang dibaca? Contoh lain, contoh bisa, kok bisa, iapun bisa, ternyata mudah, oh begitu ya, caranya bagimana, dimana ia dapatkan, tampil beda, memulainya bagimana, apa ya bagusnya, begini baiknya, dan banyak kata lainnya. Itulah lantunan bacaan hati yang mesti selalu dikumandangkan setiap melihat dan mengamati sekitar.

Bagaimana seseorang yang merasa tidak punya bakat? Ya, dengan bekerja tadi. Bagaimana setelah kita bekerja juga tidak yakin diri? Itu tidak mungkin. Ketika anda sudah bisa membaca tulisan ini berarti anda termasuk orang yang punya bakat dagang, yakinlah.

Percayalah, anda punya potensi akal yang telah diberikan Tuhan. Tinggal kita gunakan untuk berpikir dan memberi keyakinan pada diri sendiri, bisa!

Tidak bisa juga? Saya tidak percaya. Coba sebelumnya ingat-ingat apa yang telah pernah anda pelajari. Apakah belajar gitar misalnya atau yang lain. Anda bisa padahal sebelumnya juga tidak yakin bisa. Tetapi akhirnya bisa jugakan! Demikian juga dengan berdagang nantinya, asal anda memulai, dan keberhasilan itu akan di depan mata anda. Selamat melantun hati..!

Batam, 22 Maret 2009

Oleh Agus Hendri

0 komentar for this post

Posting Komentar

terima kasih