Berdirikari-Bola Setelah SLTA

By Golfing Enthusiast on 07.32

Filed Under:


Suka ria kita, betapa senangnya dapat menamatkan bangku SLTA. Tidak lagi dipusingkan dengan rumus-rumus dan PR yang bejibun agar mengisi relung otak kiri kita.

Namun dibalik suka ria itu, sering kita uda merasa tua. Kedewasaan alami diri membuat kita sudah mulai memikirkan bagaimana harus mendapatkan uang, terutama bagi kita dari opsi orang yang tidak punya. Lalu mulai berpikir ‘berdikari.’


Suka ria kita, betapa senangnya dapat menamatkan bangku SLTA. Tidak lagi dipusingkan dengan rumus-rumus dan PR yang bejibun agar mengisi relung otak kiri kita.

Namun dibalik suka ria itu, sering kita uda merasa tua. Kedewasaan alami diri membuat kita sudah mulai memikirkan bagaimana harus mendapatkan uang, terutama bagi kita dari opsi orang yang tidak punya. Lalu mulai berpikir ‘berdikari.’

Berdikari adalah upaya jalur otak kanan yang menuntut kita untuk akur berkreatifitas. Di bangku sekolah kita sangat minim dapatkan itu. Menjadikan kita bingung menetukan pilihan mau ngapain setelah tamat ini.

Mengutip sebuah iklan ‘’Milih kerja atau kuliah’’. Atau barangkali alternatif seperti ini : ‘’Magang atau Dagang.’’

Magang

Bila milih dagang, bagaimana caranya, darimana memulainya, mau bisnis apa? Paling kita selalu berkata dan melantun lagu klasik ‘’Mana modal?’’ atau berupa kesenduhan ‘’Berhasil atau gagalkah nanti !’’ Dan berbagai pertanyaan lain bertitik dari ketidakberanian dan rasa malu untuk memulai.

Jadilah kita selalu lunglai berasa tidak pernah berpikir selesai tentang ini. Itulah dua klise penghambat : tidak berani dan malu. Jadinya menghayal melulu, pada akhirnya malu juga (miskin), apa mau?

Lalu mencoba berceloteh, Jika milih magang, siapa sih yang mau ngajak dan bersedia memberi situasi itu. Sebisanya sambil belajar dan menimba pengalaman dari tempat kita magang. Pasti ada, yakinlah. Asal mau bergerak dari rumah membawa niat. Pasti akan bertemu dengan orang yang kita inginkan. Bahkan ia yang akan menawarkan kepada kita peluang yang baik itu. Saatnya untuk tidak ditolak. Bila ditolak kita ketinggalan satu tahun ilmu (baca:menyesal), itu pasti.

Ikuti magang, tidak harus formal seperti PKL siswa SMK, di BUMN atau perusahaan swasta. Boleh magang dengan bisnis keluarga. Magang dengan teman yang telah berhasil, dengan guru-guru kita yang miliki kreatifitas samping, atau barangkali nekat meminta tempat pada orang yang belum kita kenal.

Orang yang tidak kita kenal? Ya,iya. Ingat, orang yang tidak atau baru kita kenal perhatiaannya bisa melebihi orang yang telah lama dekat dengan kita, bahkan saudara kandung kita sendiri sekalipun. Maka saya pun berani mengatakan, yang akan membantu dan membuat kita sukses itu adalah orang lain. Maka mulailah berhati-hati mulut dan tindakan agar tidak menyakiti hati orang lain. Dan jangan lupa norma utama, tentu saja tidak menyesali saudara sendiri, apalagi orang tua atas ketidakmampuan mereka men-support kita.

Kenapa sih membawa-bawa orang lain. Bukankah tempat mengadu kita adalah keluarga? Ya, anda juga benar. Memahami pandangan ini mudah saja. Lihat grup-grup band tanah air yang tumbuh bak jamur panu bagi yang jarang mandi, apakah dia akan eksis tanpa ada pendengar dan pengemar. Tapi kita tentu tidak mungkin disamakan dengan mereka. Seperti link jalur masuk internet, kita mengenal jalur kabel data, WIFI, WIMAX, GPRS, EDGE atau 3G, begitu juga dengan jaan hidup kita. silahkan pilih dan hayati, mana jalur koneksi yang akan memungkinkan. Atau istilah Ippho Santosa ‘’Mau jalur lambat sebelah kiri, yang mau jalur cepat mendahului orang lain pakai jalur kanan.’’ Dengan demikian berarti apakah kita sepenuhnya akan bergantung jalur kekuarga atau jalur berdikari yang melibatkan orang lain. Ingat pepatah lama mengungkapkan, ‘banyak jalan menuju gunung everest’ Hehe.

Kemudian, seiring bertambahnya usia setelah tamat SMA biasanya beriring juga dengan kematangan level berpikir. Disaat itu pula berbagai kebutuhan, cita-cita, dan mimpi lain mengiringinya (apalagi uda pandai pacaran, hehe). Mari kita lihat beberapa penelusuran apakah kita mau memilih kuliah, magang, dagang tau kombinasinya. Bisa jadi salah satunya berhubungan dengan Anda.

Kuliah (not kuli, ah)

Misalnya ‘berandai’ ingin kuliah. Jangankan untuk uang kuliah atau biaya hidup saat kuliah, mau pergi tes kuliah saja kadang kita tidak punya uang. Tragis! Eit, tunggu! Sedih dari hentakan susah itulah yang kelak akan menjadikan kita manusia di atas rata-rata dari mereka yang mudah kuliah, mudah kerja, mudah senang serta serba mudah lainnya.

Untuk niat ini hanya satu yang saya tanamkan dan telah terbukti nyata oleh saya, teman-teman lain, dan pesan orang tua-tua kita, yakni : kalau untuk sekolah atau kuliah, yakinlah akan ada saja orang yang akan membantu dan memudahkan kita, percayalah.

Kerja (keringat jatuh)

Di dunia kerja juga demikian. Rasanya kita begitu heran melihat orang-orang yang bisa mendapatkan pekerjaan di kota atau di pemerintahan. Yang heran, kawan yang suka bolos dan belajar ketika sekolah seperti mau tak mau saja sekolah, itupun dapat menggapai dan mengisi jajaran di pemerintahan. Sedangkan kita yang merasa serius dan berilmu selama ini mala terpinggirkan, merasa tidak ‘laku’ dan tidak ‘terpakai’ lalu kita down merasa ‘terbuang.’ Jelas sedih.

Ada seorang teman mala menyalahkan sistem yang ada telah menghambat dirinya mencapai kesuksesan di dunia kerja. Misalnya nepotisme dan sogokan. Berpikir demikian hanya membawa apatis. Mala sebenarnya kita beruntung karena berada di luar dan terhindar dari lingkaran sistem salah kaprah itu. Good gift sebenarnya buat kita, bukan? Bisa saja teman itu bekerja di pemerintahan, lalu asik dengan korupsi. Sedangkan kita asik berdagang tapi jadi pedagang yang jujur. Ayo, siapa yang lebih baik?

Adakalanya cepat dan mudah memasuki dunia kerja juga menjadikan mereka cepat merasa puas. Tidak empati, tidak peduli dengan lingkungannya. Kurang giat belajar dan berkreatifitas lagi. Tidak mengikuti jam terbang kegetiran lagi. Terlupa update diri, tidak kekinian lagi. Kemudian mereka berkeluarga. Kungkungan rutinitas standar hidup dalam keluarga membuat mereka mandeg dari berbagai sisi. Disaat situasi mereka seperti inilah kita mengejar ketertinggalan.

Jadi untuk apalagi kita berkata, ‘’Dimana keadilan Tuhan terhadap saya?, Kenapa orang tua saya tidak kaya dan bisa menyediakan banyak modal’’ Saya paling tidak suka orang yang selalu menggetarkan hatinya dengan kalimat tidak jantan seperti ini. Apalagi menjadikan ukuran keadilan dan pembenaran keadaan dirinya yang malang. Kota malang saja terkenal banyak apel. He he.

Bukankah nasib itu bisa di ‘rumahkan’ dengan antisipasi, usaha, dan perjuangan? Lihat betapa gempa dan meletusnya gunung berapi sekarang bisa di antisipasi dengan penerapan teknologi agar tidak sampai menimbulkan korban. Begitu juga dengan nasib kita, bisa kita antisipasi dimulai saat ini juga.

Dari liku-liku di atas, sekarang mari kita ukur sampai dimana kelebihan diri kita. Apakah pernah merasakan kenapa orang lain tidak berbuat seperti apa yang kita pikirkan, padahal ia punya kemampuan untuk itu. Dan anda pernah merasa mempunyai ide hebat. Bisa jadi ide yang anda pikirkan tidak bisa di pahami oleh orang lain. Suatu waktu juga merasa ide anda lebih baik dari teman-teman itu, tapi kenapa mereka tidak mempercayai anda. Mereka tidak bisa melihatnya seperti penglihatan anda. Anda sangat menyayangkan hal itu, sampai geleng-geleng kepala. Bila anda sudah pernah merasakan berpikir demikian saya pastikan anda bisa sukses dan segara akan sukses.

Dan ternyata, pola pikir yang selalu men-up grade diri dalam sintesis pikiran tadi, itu sangat perlu dan mulai saat ini jadikan itu kelebihan anda. Karena telah bisa mengukur dan membaca kelemahan orang lain dan bisa mengenali kelebihan diri dan selanjutnya terus menambah kemampuan diri.

So, apalagi. Jika demikian, tetapkanlah diri bahwa andalah yang hebat dan bisa membuat sesuatu yang lebih hebat dari mereka. Sekarang bagaimana meng’konkritkan’ intuitif dan imajinatif hebat anda itu.

Tiada orang yang yang akan mampu memberi kesadaran mendasar jika hal itu tidak dimulai oleh diri sendiri. Maka mulailah merubah diri sendiri. Inilah untungnya kala muda ini diberi kesusahan dan rintangan lainnya.

Dalam hal ini, anda bisa mengambil pelajaran dari minyak mentah yang begitu kental hitam di pompa dari perut bumi. Tapi setelah diolah menghasilkan bensin murni yang bening, siap menjadi sumber energi benda mati menjadi bergerak. Sedangkan kita adalah makhluk hidup yang punya akal istimewa, inilah sebenarnya modal utama dan pertama. Dengan akal jelas kita akan mampu menjadi mesin penggerak mencari dimana kemampuan kita seutas demi utas.

Selanjutnya bagaimana mematangkan diri? Kita umpamakan bagaimana bunga menjadi putik sampai menjadi buah yang manis lalu matang tanpa noda. Ya, dengan terus berimajinasi dan lakukan saja apa yang bisa dilakukan. Apa yang anda lakukan hari ini, lakukan dan lakukan, dan apa yang kita lakukan hari ini itulah yang terbaik. Ingat, itulah yang terbaik. Ini janji Tuhan pada kita. Tidak masalah setap harinya yang anda lakukan berubah-ubah. Suatu ketika perbuatan-perbuatan itu akan menopang kuat dahan-dahan keberhasilan yang sedang kita tunggu di kemudian hari. Kata lainnya dapat sebagi katalis merangsang bakat kita yang sudah ada.

Misalnya saat ini anda menyukai bahasa inggris, terus saja pelajari semahir mungkin. Tiba waktunya apa yang kita pelajari tanpa dinyana pasti akan berguna (sekurang-kurangnya untuk menjawab pertanyaan anak sendiri lho, kelak). Tanpa diduga-duga bisa saja anda jadi guru privat atau guru honor pada sebuah sekolah, membuka kursus, guide dan sebagainya.

Begitu juga kesenangan lain seperti pandai memasak. Bantu-bantulah orang lain memasak. Jika ada yang bertanya berikan saja resepnya dengan benar. Eh, anda pun mulai dikenal orang. Pada saatnya, anda akan dicari dan dibutuhkan orang. Kenapa, ternyata memang anda bisa memasak dan anda telah membuktikannya pada rekan-rekan selama ini. Pada akhirnya terjadilah negoisasi antara anda dan yang membutuhkan anda karena anda telah memudahkan orang lain.

Disaat itulah pundi-pundi yang kita pikirkan di awal tulisan ini mengisi dompet anda. Begitu juga dengan kesenangan yang lain seperti suka otak-atik komputer, hape, dan elektronik lainnya. Dalam alinea ini terjawab sudah bagaimana kita memulai dan mencari ‘’mau bisnis apa, mau berbuat apa’’. Pahamkan! Intinya, menyenangi, mematangkan (profesional) atau bisa saja sebaliknya berusaha menyenangi sesuatu. Terus menerus dan boleh berganti-ganti alias tidak selalu fokus dengan suatu bidang. Inilah yang dinamakan mempekerjakan akal sendiri untuk meningkatkan skill sendiri. Skill itu yang kita suruh mencari uang.

Okelah, sekarang anda uda pas dalam taktik memperkerjakan diri sekaligus menjadikannya menjadi ahli, dari kekahlian itu kita mendapatkan uang, itu yang pertama. Kemudian meyakini bahwa akan ada saja orang yang akan membantu kita, ini point yang kedua.

Itulah kenapa sejak SD selalu kita baca manusia itu makhluk sosial. Anda sosial pada saatnya kita pun akan disosialkan orang lain. Ini uniknya kata sosial. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan kita di atas ‘’mana modal, ya modal itu dari orang lain’. Interaksi sosial kita secara horizontal (sosialisasi) memungkinkan modal akan datang pada kesempatan yang baik, sambil menunggu kesempatan baik, kitapun bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh, dan akhirnya peluang baik itu pun datang tanpa diundang.

Itulah uraian mana yang harus kita pilih. Apakah bekerja sambil belajar, kuliah, atau magang tok. Ada hubungan dan kaitannya satu sama lain atau salah satunya dapat kita merger (sambil menyelam minum orange). Sejenak, lupakan dulu soal gaji, komisi, uang lelah atau istilah lainnya. Kadang hal ini dapat menghambat kita.

Sampai pada kesimpulan, bahwa orang lainlah (peduli kita), yaitu orang kedua yang akan membantu kita menuju sukses (bisa saja berupa doa.) Yang pertama jelas diri kita sendiri. Yang kodrat adalah doa orang tua, dan yang hakiki ialah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebelum kita akhiri, masih ada beberapa pertanyaan di atas yang belum kita jawab yaitu, bagaimana bagi kita yang tidak berani dan pemalu. Yang selalu membuat kita lambat gerak dan menunda-nunda untuk segera beraksi (action). Ya, seandainya kita bukan orang pemalas. Tidak berani dan malu dapat kita atasi seperti menutup muka, mengendap-endap agar tidak ketahuan, ambil keuntungan sifat cuek. Atau kata anak mudah sekarang EGP, manfaatkan istilah ini, mudahkan!

Melawan musuh aja para pejuang kita mampu mengendap-endap. Masa kita di era merdeka, mengendap-endap saja takut. Masih malu juga, cari deh orang yang lebih mudah dari anda. Silahkan ia di depan untuk memulai anda di belakangnya. Suai-kan, itu jika anda pemalu sangat. Uh…begitu payah jadi orang pemalu. Tenang, setelah anda membaca tulisan ini sukses uda di depan mata karena setelah ini anda uda punya senter untuk menerangi jalan yang gelap. Pemalu itupun akan berubah menjadi percaya diri yang sip bersip-sip karena anda berjalan dalam gelap (baca: susah) tapi sudah diterangi senter yang terang (baca: motivasi dan ilmu) siap menetukan pilihan. Selamat berdikari-bola, berdiri di kaki sendiri-bertopang orang lain!

Batam, 28 Mei 2009

By Agus Hendri chermin

0 komentar for this post

Posting Komentar

terima kasih