Besarkan ‘Badan’ di Usaha Keluarga

By Golfing Enthusiast on 08.10

Filed Under:


Bila pagi-pagi kelihatan mereka uda bersimbah peluh. Itu karena mengangkat barang dari gudang ke toko pajangan. Setelah selesai pengeluaran peluh (keringat) pun dilanjutkan dengan melayani pembeli. Belanjaan pembeli dibungkus rapi, dikemas dalam beberapa kardus dan mengantarnya ke pelabuhan.


Umur mereka terpaut dua tahun, lelaki dua beradik. Mereka bekerja pada paman mereka pada sebuah toko yang sangat ramai. Kelewat ramainya, sebuah toko harian itu tidak mampu lagi menampung ratusan items barang. Terpaksa menjadikan toko di sudut lain sebagai gudang (shed).

Keduanya warga tionghoa. Seharusnya mereka dalam umur menikmati sekolah menengah atas. Tapi pilihan mereka atau keluarga tidak demikian. Tapi harus membantu paman dalam berdagang sekaligus dalam mencapai reward harapan berupa gaji dan pengalaman pengelolaan sebuah usaha pedagangan grosir sejak dini.

Bila pagi-pagi kelihatan mereka uda bersimbah peluh. Itu karena mengangkat barang dari gudang ke toko pajangan. Setelah selesai pengeluaran peluh (keringat) pun dilanjutkan dengan melayani pembeli. Belanjaan pembeli dibungkus rapi, dikemas dalam beberapa kardus dan mengantarnya ke pelabuhan.

Tidak cukup sampai disitu, sorenya barang pasokan dari distributor juga datang. Peluh pun seperti tak mau berhenti membasahi baju dan celana pendeknya. Barang dari pelabuhan itupun mesti diangkut ke toko gudang. Malamnya mereka tak pernah kelihatan batang hidungnya. Mungkin menikmati waktu malam untuk istirahat.

Inilah jiwa muda yang kompak. Keberhasilan keluarga tidak melenakan mereka untuk sempat manja dan melenakan diri dalam nikmat kesuksesan keluarga. Mala sebaliknya bisa terlecut untuk juga sukses seperti keluarga terdahulu. Bukankah banyak jiwa muda yang mala menghabiskan harta orang tua, ini yang sangat patut tidak dicontoh.

Yang jadi pertanyaan. Siapa yang mampu mementorisasi jiwa bermain mereka bisa jadi pekerja yang ulet dan tanpa kenal lelah. Apakah karena orang tua, famili, ataukah kesadaran dari mereka sendiri.

Ketiga-tiganya benar. Orang tua berperan dalam mengasah dan melecut kesesuaian anaknya dalam menentukan jati diri sang anak. Hal ini bisa dilakukan bila orang tua masih punya wibawa menjadi mentor setiap waktu kepeutusan sang anak.

Family juga berperanan ikhlas dalam membantu dan mengangkat keluarga yang lain. Inilah mungkin mega pencapaian cita-cita atau janji mereka terdahulu jika mereka sukses juga bersedia membina dan membantu keluarga yang lain. Karena mereka juga menyadari sukses selama ini pun juga hasil binaan generasi sebelumnya.

Lalu bagaimana kesadaran dari diri sendiri. Siapa gerangan yang membangkitkan atau menanamkan sehingga mereka mau berpeluh-peluh banting tulang sejak dini. Mau menyadari bahwa dagang adalah jalan terbaik bagi masa depan mereka. Adakah karena mereka kaum minoritas di negara ini sehingga lecutan keluarga menjadi cepat membawa kesadaran dalam diri mereka.

Kesadaran alami memang ada yang terbangkit datang dari batin berupa keyakinan berupa aku pasti bisa. Dan iapun menjalaninya dalam bimbingan dan sentuhan dorongan keluarga.

Adakah cukup dengan kesadaran dan mengucapkan kata ‘bisa.’ Semudah itukah Jalan untuk sukses.? Ya, bakat dan talenta diri (kata hati) kadang berani mengatakan itu pada diri sesorang. Maka tanyalah apa kemauan dan bakat anda, sekarang juga. Dan tanamkan serta jiwai itulah keinginan. Yakinlah suatu saat itu akan datang. Pasti datang, walau tidak persis tapi bisa saja mendekati.

Selain menilik kata hati (bertanya pada bakat) Nasehat yang mengena bisa saja menyadarkan dan mendewasakan mereka pada posisi yang benar harus dijalani.

Sejenak merenung. Jika pernah sekolah, coba ingat apa saja kata-kata yang baik yang masih mengiang dari guru-guru kita. Kalau kita rajin membaca, juga apa kira-kira bacaan yang selalu menempel dan mengiangkan kita harus berbuat demikian. Jika kita sangat suka dan berminat pada sesuatu jalan apa kira-kira yang sudah ditempuh untuk implementasinya.

Kemudian kita sadari bahwa sesuatu kepandaian, skill, dan usaha perdagangan itu perlu dipelajari terlebih dahulu. Konsep jitunya adalah dengan memperbanyak jam terbang dalam bekerja, berlatih, dan kemudian baru mencobanya sendiri (try and trial) sambil terus dalam proses pelatihan diri. Jika masih terjadi kegagalan toh.. masih dalam proses memperbanyak waktu menempuh tujuan.

Memperbanyak jam terbang inilah kita samakan dengan memperdalam ilmu. Ilmu yang akan kita geluti. Semakin beresiko perjalanan dan terjal yang kita lalui semakin besar pula reward kesuksesan yang akan didapatkan.

Lalu timbul pertanyaan. Kita bekerja untuk mencari harta (gaji) atau mencari pengalaman (ilmu). Dua-duanya adalah pilihan terbaik tergantung dari sudut mana yang kita sukai. Mau mencari harta, silahkan. Toh.. pengalaman itu akan mengikutinya. Begitu juga mau mengatakan cari pengalaman silakan saja, toh.. uang juga akan mengikutinya. Tidak ada yang sia-sia kalau tubuh dari pagi sudah bergerak dengan tujuan mencari rezeki. Makanya kita disuruh bertebaran di muka bumi dimulai di kala pagi.

Kita bandingkan. Lihat pendaki gunung. Tentu berbeda reward dan aplaus pendaki gunung tengkuban perahu dengan para pendaki gunung kilimanjaro.

Maka jika anda masih muda saat membaca tulisan ini, tiada salahnya bercita-cita dan menanamkan bahwa anda telah mampu berpikir untuk masa depan yang lebih baik tanpa bermanja-manja dari hasil orang tua atau keluarga yang lain. Dan bahwa, menuruti keinginan dari diri sendiri itu akan membentuk kedewasaan diri dalam pengalaman tindak lanjut dalam mengambil keputusan yang terbaik kelak.

Saatnya tiada salah bekerja dengan sesungguhnya bersama usaha keluarga. Dimulai hari ini dan kedepannya ilmu-ilmu keluarga itu berpindah padamu. Dan ilmu-ilmu itu (pengalaman) makin mendapat puncaknya bila di-update sesuai kondisi kekinian. Seperti mengikuti model pakaian dan aliran musik yang sedang ngetrend. Dan Aburizal Bakrie adalah contoh nyatanya. Hargai dan kembangkan usaha keluarga setinggi-tingginya.

Lalu bagaimana kisah dua beradik itu. Yang satunya telah berhasil buka usaha perabot yang laris di kota yang sama. Dari sukses usaha perabotnya iapun kini gencar ekspansi usaha pada semua items peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik. Ia jadi bos disaat usia yang sangat muda, kemudian ia juga nekat berkeluarga di usia dininya. Siapa yang beri modal? Siapa lagi kalau bukan paman yang pernah dibantunya dari pagi berpeluh hingga sore.



Batam, 14 Mei 2009

Oleh Agus Hnedri Chermin

0 komentar for this post

Posting Komentar

terima kasih